Sunday, April 14, 2013

0
Sejarah Lagu Anak Kagome Kagome

Circle You Circle You
.
.
.
hi no ataranu haikyo
mukishitsu na rouka

Aku siapa ?
Aku dimana ?
Apa kau bisa menjawabnya ?
Di sebuah bangunan kumuh, bangunan yang baru-baru ini diketahui keberadaannya, yang susah untuk dijangkau masyarakat, bangunan yang susah dijangkau sinar hangat sang mentari, bangunan yang mungkin saja…bangunan rahasia.
Bila kau dekati bangunan itu, maka suara pagar yang nyaring akan menyambut kedatanganmu. Bila kau menginjakan kakimu disana, pintu kayu tua sudah menunggu kehadiranmu, sekarang masuklah. Tidak bernyawa ? Omong kosong, dekatilah sebuah lorong bernyawa disana, satu-satunya lorong yang akan mempertemukanmu dengan rahasia bangunan ini.
:CrcleUCrcleU:
Sun Garden
Itu yang tertulis di sudut bangunan tua itu. Bangunan yang cukup besar kalau disebut bangunan untuk yatim piatu. Manusia suci mana yang rela membangun bangunan besar itu hanya untuk para anak penanggung dosa di dunia lekat-lekat tiap retakan indah pada bangunan itu, sungguh maha karya yang luar biasa. Menurut mitos yang ada, aka nada nyanyian Kagome Kagome yang dilantunkan oleh anak kecil. Suara siapa ? Entahlah….Hanya saja kau akan merinding begitu mendengar setitik suara makhluk halus itu.
.
.
:CrcleUCrcleU:
.
.
"Shirou, hati-hati,ya" seru ayah dari anak yang dipanggil Shirou itu. Dengan senyum ramah, anak berparas malaikat itu pun tersenyum dan bersiap untuk berangkat.
"Ya, ayah! Doakan aku, ya" sahut Shirou semangat.
Shirou POV
Hai, semuanya. Perkenalkan, namaku Shirou Fubuki. Umurku sekitar 16 tahun sekarang. Aku baru saja mendapatkan pekerjaan setelah seminggu yang lalu mencoba melamar kerja di sebuah kantor media massa. Dan syukurlah, aku diterima! Sekarang hari pertamaku untuk bekerja, aku tidak akan mengecewakan bossku dan akan memperlihatkan kemampuanku pada ayah.

tsukiatari no heya ni
wasuraruru kodomotachi

Hari ini aku diminta untuk menyelidiki sebuah misteri panti asuhan yang aneh. Letaknya tepat di perhutanan Kyushu yang sangat jauh. Tentu saja pergi kesana, aku harus naik kereta di berbagai jurusan. Daerah itu sangat terpencil, menurut berita yang ada di Internet, itu adalah panti asuhan yang terkutuk. Panti asuhan yang memuat anak-anak tidak berorang tua yang tidak berdosa sama sekali. Dengar-dengar pemilik panti asuhan itu ternyata seorang ilmuan dari luar negeri yang pada akhirnya memakai anak-anak itu menjadi kelinci percobaan, sangat gila! Akhirnya tipu muslihat ilmuan itu terbongkar setelah beberapa pihak merasa curiga karena hilangnya anak-anak panti itu tanpa jejak. Karena merasa terbunuh dengan cara yang tidak terhormat, akhirnya arwah anak-anak itu bergentayangan disana.
Kali ini aku di minta untuk mengambil beberapa potret dari bangunan itu dank arena kemampuanku yang bisa berbicara pada roh, boss-ku sangat mengharapkan informasi lebih detail tentang bangunan itu. Sampai saat ini, belum ada informasi yang jauh lebih jelas. Katanya yang berani-berani untuk menghancurkan bangunan itu akan di hantui sampai tewas. Kenapa begitu ? Apa saking dendamnya mereka ? Sampai harus merasuki lainnya juga ?
Shirou POV end

:CrcleUCrcleU:
"Wah, jadi ini,panti asuhan yang dikatakan itu…" guman Shirou begitu tiba di depan panti asuhan yang harus di selidikinya itu.
Cukup butuh waktu untuk menemukan bangunan itu karena tempat panti asuhan itu begitu terpencil dari daerah masyarakat desa. Di sekitar bangunan itu memang tertutupi pohon hutan –yang terlihat dari batangnya, pasti sudah beratusan tahun umurnya. Sampai-sampai rindangnya pohon menutupi sinar matahari, padahal hari masih siang.
Shirou menatap lekat bangunan itu secara seksama, bangunan yang sangat rapuh. Pagarnya sudah dililiti tumbuhan parasit dan berduri. Semak-semak belukar disana tidak terurus, tembok bangunan itu sudah retak-retak, genteng bangunan itu juga berlubang-lubang, cat bangunan itu juga perlahan memudar –bangunan itu terkesan pucat.
Shirou pun menghelai nafas panjang dan membuang segala pikiran buruk di otaknya. Ia memberanikan diri untuk lebih mendekati bangunan itu. Tangan putihnya pun mulai menggeser pagar bangunan itu.
GREEEEEKKK…
Suaranya cukup nyaring –sudah tua, tapi itu tidak akan membuat Shirou takut dan mundur. Ia terus melangkah maju menelusuri semak-semak belukar yang tertutupi daun-daun berguguran itu. Merasakan sesuatu, mata Shirou pun memicing tajam ke arah pintu masuk yang jaraknya masih beberapa meter dari Shirou. Dengan kemampuan melihat roh yang dimiliki Shirou, ia dapat melihat jelas roh yang sedang berdiri di depan pintu.
Sosok itu bertubuh kecil, memakaikan kimono hitam yang kebesaran dari tubuhnya. Shirou pun melambaikan tangan pada sosok itu, roh itu sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Shirou. Sekarang anak berambut abu-abu itu berusaha berjalan mendekati anak –roh yang berdiri di depan pintu itu.
"Ha-hai…" sapa Shirou padanya. Anak itu mengangkat kepalanya –karena tubuhnya yang lebih kecil dibanding Shirou, memandangi Shirou dengan tampang datar.
"Kau tidak takut padaku ?" sahutnya dengan nada dingin. Shirou hanya menggeleng kecil dan tersenyum ramah.
"Tidak, maaf kalau aku menganggumu, tapi aku tidak bermaksud begitu–"
"Tenang saja, aku manusia"
"Ahaha, jangan membohongiku. Aku dapat melihat makhluk halus. Jadi aku juga dapat melihat dirimu"
"Kau tidak percaya padaku, begitu?"
"Ti-tidak, bukan begitu maksudku…"
"Mau masuk ?"
"Ehm, te-tentu saja. Terima kasih. Kalau boleh tahu siapa namamu? Dan kenapa kau tinggal disini?"
"Harusnya tamu yang memperkenalkan dirinya terlebih dahulu"
"O-oh, maaf. Aku Shirou Fubuki, aku salah satu wartawan dari media massa Inazuma Press. Aku ingin meminta beberapa hal yang perlu kuselidiki disini, boleh tidak? Tenang saja aku tidak bermaksud menganggu sama sekali, hanya ingin meminta beberapa informasi"
"Begitu, ya. Salam kenal ya, namaku Nemuro Miyuki, salah satu anak panti asuhan disini"
Shirou hening sejenak. Lalu ia berpikir-pikir lagi. Ia sedikit heran, bukankah panti asuhan ini sudah dibongkar lama sejak 3 tahun yang lalu, tapi sekarang ada anak panti asuhan yang menetap disana. Ia pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.
"Ehm, salam kenal juga Nemuro-san" seru Shirou lalu menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan pada anak yang tubuhnya lebih kecil dibandingkan dirinya itu. Tapi anak itu menggeleng kecil.
"Aku tidak suka bersalaman" sahutnya dingin. Shirou pun tersenyum kecil dan menarik kembali tangannya tadi. Anak yang dipanggil Nemuro itu mempersilahkan Shirou masuk ke dalam sana.
Shirou POV
Alangkah terkejutnya aku begitu masuk ke dalam bangunan yang di luarnya terkesan bobrok itu, di dalam sini jauh lebih bersih dan rapi. Semua barang tertata baik dan tidak berantakan seperti yang terlihat di luar sana, apa aku bermimpi ?
Shirou POV end
"Kau mau bertemu dengan teman-temanku tidak?" tawar Nemuro pada Shirou yang masih saja meneliti tiap sudut ruangan yang bersih itu. Shirou terperanjat dari lamunannya dan langsung mengangguk kecil.
"Tentu saja, karena aku ingin meminta beberapa keterangan juga pada mereka" lanjut Shirou tersenyum dan mengeluarkan buku note dan sebuah pulpen miliknya yang digunakan untuk mewawancarai penghuni bangunan itu.
"Ikut aku" Shirou pun mengikuti anak berbalut kimono hitam itu menelusuri lantai dua dan sampai pada sebuah lorong. Shirou merasakan hawa yang begitu mencekam dari lorong itu. Tapi Ia berusaha berjalan membuntuti Nemuro hingga sampai pada sebuah pintu. Krieeeeet …
"Nemuro, siapa itu? Kau membawa orang baru?" tanya seseorang dari mereka yang berambut hijau muda dari dalam ruangan itu. Dan tidak hanya satu, masih ada anak-anak lainnya.
"Iya, namanya Shirou Fubuki. Ia ingin mewawancarai kita" terang Nemuro pada anak berambut hijau yang dikuncir ponytail itu. Raut wajah mereka begitu gembira menyambut kehadiran Shirou Fubuki.
"Anu, namaku Shirou Fubuki. Salam kenal, aku salah satu karyawan dari Inazuma Pre–"
"Kami sudah tahu" sahut anak berambut putih dingin. Shirou menautkan alisnya bingung lalu menengok ke arah anak berambut putih itu.
"Kami tadi melihat lewat jendela, jadi kamu sudah tahu semuanya" sambung anak berambut tulip memasang wajah ceria dan menghampiri Shirou dengan antusias.
"Eh, begitu, ya. Maaf, aku tidak tahu. Kalau begitu sekali lagi, salam kenal" sahut Shirou membungkukan badan dengan hormat.
"Kau mau meminta apa pada kami?" tanya seorang perempuan dari mereka, perempuan berambut biru tua yang begitu lembut.
"Eng, aku ingin mewawancarai kalian sebentar, boleh?" tawar Shirou menunjukan buku note dan pulpen di tangannya.
"Boleh, boleh, tapi sebelum itu, ayo bermain!" ajak seorang anak berambut merah pucat. Ia menggenggam tangan Shirou dengan lembut dan menariknya untuk berkumpul bersama lainnya.

ureshii na! ureshii na!
nakayoku asobo?

Shirou pun dengan senang hati merekima penawaran mereka, dari raut wajah mereka terlihat jelas mereka sangatlah senang karena ada teman baru untuk bermain. Lalu mereka menarik Shirou ke tengah-tengah mereka.
"Shirou ditengah ya, kita akan bermain Kakome" seru anak berambut hijau itu lalu menuntun Shirou untuk berjongkok di tengah-tengah mereka. Shirou pun menurut saja dan selalu memasang senyum kalau kalau mereka saling tatap.
"Eh…?"
kakome kakome
nigerarenu you ni

Shirou merasa pusing yang sangat hebat melanda kepalanya. Ia menekan kepalanya agar ia dapat menahan rasa pusing itu. Ia tengok ke atas –dimana anak-anak yatim piatu itu tengah bergandengan tangan dan berpurtar mengelilingi Shirou. Wajah mereka tampak sangat bahagia menyanyikan lagu itu, tapi kenapa Shirou merasakan sakit yang amat pedih? Ia menundukan kepalanya.

kakome kakome
nani shite asobu no?

"Ukh…" Shirou merasa jantungnya diremas sekuat mungkin, sangat menyesakan. Ia kembali menengok ke atas, betapa terkejutnya Shirou karena kali ini yang dilihatnya berbedah dari tadinya. Yang dilihatnya bukan lagi wajah anak kecil –yang senang bermain. Bukan lagi tawaan polos, melainkan…

yoake no ban ni
nakama ni nareru ne!

"He-hentikan suara itu, kumohon …" pintah Shirou menutup kedua telinganya rapat-rapat. Suara mereka yang begitu nyaring sangat memekahkan telinga. Shirou memberanikan diri untuk melihat wajah-wajah nista itu. Wajah senyum mereka tidak lagi senang seperti tadinya. Pupil mata mereka mengecil, kulit mereka memucat, tatapan horror mereka penuh dendam. Entah hasrat apa yang tengah meracuni pikiran mereka saat ini.
kagome kagome
"Ushiro no shoumen daare?"
.
.
Dulu sekali, saat mereka menginjakan kakinya di tempat yatim piatu itu…
Semua anak pasti akan sedih, kalau mengetahui kenyataan bahwa mereka tidak memiliki orang tua. Karenanya, mereka pasti kehilangan arah, kehilangan tujuan, kehilangan hasrat untuk hidup. Semuanya terlihat kosong, berharap ada orang yang mau mengulurkan tangannya, berbagi securah kebahagiaan dunia ini.
Dan akhirnya itu tiba pada mereka, sebuah tangan menarik lengan kecil mereka yang rapuh. Mereka mencoba membuka mata lebar-lebar dan berharap sekali lagi untuk merasakan hidup.
Sun Garden,
Tempat yatim piatu yang cukup terpencil, bahkan tidak pernah di datangi para masyarakat kampung terkecil disana. Lalu bagaimana nasib anak-anak itu? Ternyata pengurus yatim piatu yang baik hati itu merawat mereka dengan penuh cinta. Mereka dapat merasakan kasih sayang orang tua –walau bukan orang tua yang sesungguhnya.
Bertemu satu sama lain, sesama yatim piatu. Tentu saja dapat berbagi perasaan, dapat mencurahkan perasaan masing-masing, menjadi sahabat. Saling bergandengan tangan dan tertawa bersama, serasa hidup seperti anak seusia mereka pada umumnya. Sangat membahagiakan.
Tapi itu tidak berlangsung lama…
Semua itu hanya kamuflase belaka…
Yang membawa mereka pada mimpi buruk yang menyedihkan…
Yang seharusnya tidak dilihat dan diterima oleh anak seusia mereka pada umumnya…
Sungguh kejam…
fukaki mori no shisetsu
kinjirareta gijutsu
Nemuro POV
Biasanya aku selalu berdiri di depan pintu Sun Garden. Apa yang kulakukan? Aku menunggu seseorang datang, atau setidaknya menunggu majikanku datang. Aku sangat mengharapkan kedatangan mereka, walau tidak sering usahaku sia-sia. Tidak ada yang datang, bahkan hanya untuk lalu lalang. Hanya dedaunan dingin menerpa.
Kalau hampir seharian tidak ada yang datang, maka aku akan berjalan menuju lantai dua dan menulusuri lorong yang selalu kulewati untuk bertemu teman-temanku. Dan betul saja, tiap aku datang, mereka pasti –sesama yatim piatu akan menyambutku dengan gembira.
"Nemuro, darimana saja, kau?" tanya Haruya, orang yang berambut tulip dan sudah kuanggap sebagai kakaku sendiri.
"Kalau terus berdiri diluar, nanti kamu kedinginan ,lho. Ayo kemari" ajak Ulvida, satu-satunya perempuan dari kami semua.
"Benar, ayo kita bermain saja" ajak Ryuuji, anak berambut hijau dikuncir ponytail dengan semangat.

osanaki nouzui de
dekiru fushi no myouyaku

"Iya, semuanya" dengan kaki kecilku, aku pun berjalan menghampiri mereka, kakak-kakakku yang baik dan ramah. Walau kami sama-sama yatim piatu, tapi kami punya perasaan. Perasaan untuk saling mengerti dan berbagi perhatian. Aku sangat menyayangi mereka semua. Aku tidak ingin kehilangan mereka, aku ingin selalu bermain bersama mereka, berbagi cerita dengan mereka….

in no kodomotachi wa
sensei wo kakonde

Tawaan mereka begitu ceria, genggaman mereka begitu hangat, rasa gembira menjadi saudara pun tersampaikan. Aku sangat terhibur kalau-kalau melihat tingkah konyol kakak-kakakku. Terkadang mereka bertengkar hanya dikarenakan hal kecil yang pada akhirnya aku harus melerainya. Benar-benar manis.

warabeuta de asobu
"Kagome Kagome"

Sampai suatu hari, di suatu pagi dimana seperti biasa aku menunggu di depan pintu Sun Garden, berharap ada yang datang. Dan ada sebuah mobil mewah yang berhenti di depan pagar panti asuhan ini. Aku terperanjat begitu majikanku turun dari mobil itu bersama orang-orang berjubah putih dan bermasker yang tidak kukenal parasnya. Mereka masuk ke dalam panti asuhan mengikuti majikanku –menghiraukan diriku yang masih terheran-heran.
kakome kakome
maketa gakitachi wo

Mereka terus berjalan sampai lantai dua, karena aku penasaran, aku pun mengikuti mereka pelan-pelan. Dengan kaki kecilku ini, aku berusaha menyesuaikan langkah agar tidak ketinggalan jejak dengan mereka. Aku sangat terkejut begitu mereka menarik Ryuuji dan Ulvida dengan paksa. Sedangkan kakak-kakakku yang lain berusaha menghentikan mereka. Jeritan –permohonan yang sia-sia saja. Mereka terus menyeret paksa kedua kakak kesayanganku itu menuju ke suatu tempat yang gelap –yang tidak pernah kudatangi di Sun Garden ini.
kakome kakome
nigerarenu you ni
Aku mengintipnya diam-diam, mereka menyuruh kedua kakakku –Ryuuji dan Ulvida untuk berjongkok dihadapan mereka. Apa mereka mau bermain ? Tapi ternyata perkiraanku meleset, memang mereka mengitari Ryuuji dan Ulvida sama halnya kami bermain Kagome. Tapi salah seorang dari mereka membawa benda tajam yang sangat besar dan dengan itu …
yoake no ban ni
kubi wo kiriotose

Mengerihkan, pupil mataku mengecil begitu mereka menahan Ryuuji agar tidak dapat bergerak dan melarikan diri dari petaka maut itu. Ya, dengan itu mereka menebas leher Ryuuji. Jeritan yang begitu memiluhkan tidak dihiraukan oleh mereka. Mata mereka dibutakan rasa ingin tahu yang pada akhirnya berakibat fatal. Darah mengucur deras dari tenggorokan Ryuuji –yang terekspos jelas tidak diselimuti kulit leher mulus miliknya. Tulang kerongkongannya bergetar dan menghasilkan suara yang menyayat-nyayat telinga. KREKK…
kagome kagome
"Ushiro no shoumen daare?"

Belum terlepas sepenuhnya –leher Ryuuji, lalu mereka menarik paksa kepala itu sampai putus,darah terus mengalir dari celah yang ada. Aku bergidik ngeri, kenapa aku harus melihat hal seperti ini? Ryuuji akan baik-baik saja kan? Ia akan kembali bermain denganku kan? Kepala itu dilempar mentah-mentah di dekat sudut ruangan –tempat dimanaku bersembunyi. Kutatap lekat-lekat sahabatku itu, wajahnya melotot –menatap tajam ke arahku. Pandangan penuh hasrat ketidakpercayaan, pandangan diselimuti dendam membara. Dan aku lari ketakutan pergi dari ruangan itu sebelum mereka melakukan hal yang sama pada Ulvida.
ude ga mogetemo atama ga tsuburetemo
shinenai kodomotachi
mujaki ni warau

Aku tidak menyangka, mereka begitu keji untuk melakukan semua itu. Sejak itu, Ryuuji dan Ulvida tidak pernah lagi kulihat batang hidungnya. Begitu aku mencuri untuk masuk ke dalam ruangan itu –dimana Ryuuji dan Ulvida dibunuh, yang ada hanya bau amis darah yang berlebihan dan dua mayat yang tergeletak begitu mengenaskan. Aku sangat mengenal kimono yang dipakai di kedua mayat itu, mereka Ryuuji dan Ulvida, setiap hari aku berusaha mengajak kedua mayat tak berkepala itu berbicara, tapi tidak ada jawaban. Kalau kusentuh tubuh itu, darah mereka akan ter-cap jelas di sidik jari tanganku. Kini aku tahu …
Mereka tidak akan bangun untuk selamanya, mayat mereka yang begitu mengenaskan menjadi bukti nyata, kalau mereka tidak akan bergandengan tangan dengan kami lagi, tidak akan berbagi kehangatan dan perhatian lagi, semuanya lenyap.

kakome kakome
nigerarenu you ni

Ternyata tidak hanya mereka, perlahan-lahan lainnya juga bernasib sama…
Aku bingung kenapa mereka melakukan itu, sampai suatu hari aku mendapatkan beberapa kertas dokumen yang terjatuh dari orang-orang itu saat mereka beranjak pergi membawa mayat kepala yang sudah tidak jelas bentuknya. Aku memerhatikan seksama dokumen itu, dan ternyata…

kakome kakome
anata mo nomou yo?

Kaasih sayang dari majikanku hanya kamuflase belaka, senyumannya palsu, gerak-geriknya penuh tipu muslihat, semuanya bohong. Ternyata kami hanya kelinci kecil tak berdosa yang menjadi bahan percobaan penelitian bahan genetika pada tubuh manusia. Entah itu kepala, tangan, atau organ tubuh lainnya. Lambat cepat mungkin aku akan bernasib sama seperti mereka …

kagome kagome
"Ushiro no shoumen daare?"

Ryuuji dan Ulvida harus kehilangan kepala mereka, badan mereka hancur tidak berbentuk. Usus mereka terurai kemana-mana dan tidak pernah dibersihkan, lambung mereka yang pecah pun membusuk dalam ruangan itu, tulang belulang mereka semakin terjiplak pada kulit mereka yang berhiasi sayatan-sayatan merah.
Haruya dan Fuusuke harus kehilangan sepasang tangan dan tulang rusuk mereka, aku masih ingat jelas bagaimana caranya orang-orang itu merengut tangan hangat milik mereka berdua. Dipelintir dengan kasar, lalu dengan tombak besar, dihunuskan ke bahu mereka sampai tangan itu putus mentah-mentah, suara jeritan dan erangan bergema dalam ruangan itu begitu menyakitkan uluh hatiku terdalam. Darah bermuncratan kemana-mana, bahkan menutupi cat dinding yang semula bewarna putih bersih. Tulang bahu mereka yang hancur terlihat jelas. Belum lagi disaat mereka membelah tubuh keduanya, lalu merobek paksa kulit-kulitnya. Mengaduk-aduk isi perutnya dengan seenaknya, sampai terlihat tulang rusuk mereka, ditarik paksa tulang yang berselimut urat-urat segar itu.
Hiroto harus kehilangan bola mata dan jantung segarnya. Dengan silet tipis, mereka mencongkel kedua kelopak mata Hiroto. Aku tahu rasanya pasti sakit, tersayat-sayat sampai bola mata indah miliknya pun ditarik keluar sampai urat penyambungnya yang bewarna merah segar terputus dari liang matanya. Dengan kapak besar, mereka menghancurkan perut Hiroto tanpa memandang kasihan. Darah mengalir deras dari lambung Hiroto yang sudah tidak berbentuk dan tersayat-sayat silet. Jantung segarnya yang diapit kedua paru-paru pun ditarik dengan kasarnya.
in no kodomotachi wa
sensei wo kakonde

Sampai saatnya giliranku tiba, tapi aku tidak tahu jelas bagaimana caranya diriku mati. Terakhir kulihat, mereka menahan tubuh kecilku di dinding yang berlumuran darah teman-temanku, dan sebentar lagi aku akan segera menyusul mereka.
warabeuta de asobu
"Kagome Kagome"
.
.
.
KAMI TIDAK TERIMA …
MASA-MASA INDAH KAMI …
TEMPAT BERMAIN KAMI …
ORGAN KAMI …
KEMBALIKAN …
KEMBALIKAN …
"Shirou Fubuki, sekarang apa lagi yang kau pertanyakan…? Semuanya sudah jelas, aku sudah memberimu penjelasan –adegan secara langsung, lalu apa lagi yang mau pertanyakan ?"
"I-itu sungguh mengerihkan… Maaf, aku tidak tahu itu…"
"Kata maaf tidak akan bisa mengobati rasa sakit kami semua, karena itu kami akan senang kalau kau mau melakukan sesuatu untuk kami …"
"Eh, apakah itu..?"
kakome kakome
maketa gakitachi wo 

kakome kakome
nigerarenu you ni

yoake no ban ni
kubi wo kiriotose

kagome kagome
"Ushiro no shoumen daare?"

"Tetaplah disini…"
"A-apa? Aku tidak bisa, aku harus kembali ke –"
"Aku mohon, ini permintaan kami seumur hidup…"
"Ehm, aku mengerti perasaan kalian, tapi aku punya tempat untuk pulang. Maaf ya."
"Begitu, ya. Baiklah, aku paham. Pulanglah –"
"Be-benarkah ?"
"Ke Sun Garden"
ude ga mogetemo atama ga tsuburetemo
shinenai kodomotachi
mujaki ni warau
.
.
.
5 tahun kemudian.
"Atsuya, ini peringatan 5 tahun hilangnya kakakmu, ya?" tanya Endou menghampiri Atsuya –kembaran Shirou yang memakai pakaian hitam rapid an membawa seikat bunga lyly putih di tangan kanannya. Ia mengangguk pelan lalu sedikit tertunduk.
"Iya, Endou. Aku sangat merinduhkan kakak…" ucap Atsuya lirih, padahal dia anak berandal yang selalu berulah. Tapi kalau berhubung dengan masalah kakaknya, itu soal lain.
Ia tidak menyangka bahwa kakaknya, Shirou Fubuki, harus lenyap tanpa jejak dihari pertamanya bekerja di Inazuma Press. Memang sangat menyakitkan, kakaknya harus mati dengan cara seperti itu, tapi ia berusaha untuk mengikhlaskannya.
Lalu ia pun berpamitan pada Endou dan pergi ke sebuah tempat pemakaman yang sunyi. Dimana nama kakaknya terukir disana dan dikatakan 'meninggal' sejak 3 tahun yang lalu –dihari pertama kakaknya bekerja untuk meliput panti asuhan misterius itu.
"Kakak …" Atsuya hampir saja menangis, tapi ditahannya. Ia harus kuat, ia tidak boleh membiarkan kakaknya terus bersedih melihat kembarannya di dunia bersedih juga.
Setelah berlama disana, Atsuya pun berbalik badan untuk pulang. Tapi Ia terperanjat begitu melihat sesosok roh didepannya. Ya, Atsuya memiliki kemampuan yang sama dengan kakaknya –melihat roh. Dan sekarang ada roh anak kecil berada di depannya, kelihatannya sedari tadi ia memandangi Atsuya dibalik pohon jati besar di sekitar sana.
"Atsuya…"
"Eh? Ada apa?" Atsuya memberanikan diri untuk bertanya, belum lagi sosok itu menyebut namanya.
"Kau tidak perlu cemas, kakakmu baik-baik saja. Ia sedang bermain bersama kakak-kakakku dI panti asuhan"
"Ber-bermain ? Apa maksudmu ?" Atsuya menautkan alisnya heran, setelah menyangkut namanya, sekarang nama kakaknya.
"Iya…" dengan itu sosok anak kecil itu menghilang. Atsuya sedikit melongo kaget dengan apa yang dialaminya barusan.
kakome kakome
nigerarenu you ni

"Kakak, semoga apa yang dikatakan anak tadi benar, kau baik-baik saja" guman Atsuya tulus dalam hatinya lalu pergi dari tempat pemakaman itu. Sedangkan lagu Kakome Kakome yang biasanya digunakan Nemuro dan temannya untuk bermain berkumandang di telinga Atsuya entah sampai kapan.

kakome kakome
anata mo nomou yo? 

watashitachi to
eien ni asobou? 

kagome kagome
"Ushiro no shoumen daare?"
.

0 comments: